Kamis, 11 April 2013

Takut


Takut
Berulang kali kata itu menggema
Sehingga selalu terlintas  dipikiran setiap kali rotasi bumi
Bak bintang yang membayang di langit malam
Bagai momok yang selalu ada dikala malam datang
Selalu menghantui,....
Kenapa selalu dan selalu begitu??
Terhenyak, terpaku, dan gemetar  menerpa
Jantung pun seakan berhenti berdetak,
Nafas terasa sesak ketika kata itu kembali terngiang dan mengaung di telinga.
 Tak sadarkah kau anak hawa??
 bahwa kau telah ciptakan rsa takut yang luar biasa
Mungkin melebihi ketakutan mu.

Karya: Jumaidi A.

Sabtu, 02 Maret 2013

Menulis Rangkuman


Rangkuman merupakan ringkasan isi suatu bacaan dengan kata-kata sendiri dari sebuah karangan asli yang mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarang (penulis) aslinya. Rangkuman sering pula disebut dengan ikhtisar. Namun, rangkuman lebih identik dengan ringkasan untuk karangan yang lebih panjang, misalnya yang berbentuk buku. Ide-ide pokok yang tersebar dalam banyak bab atau beberapa buku, disatukan ke dalam satu bentuk karangan yang ringkas. Adapun ikhtisar merupakan ringkasan untuk karangan-karangan singkat, misalnya untuk satu atau dua bab.
Rangkuman berbeda dengan resensi. Resensi adalah karangan yang berisi komentar ataupun bahasan terhadap kualitas, kelebihan dan kelemahan dari sebuah buku. Yang dikomentari bisa mengenai kualitas isi, penggunaan bahasa, format dan struktur pengajian, manfaat buku tersebut bagi pembaca. Bila buku tersebut novel, maka objek penilaiannya adalah tema, seting, alur, penokohan, unsur-unsur ekstrinsik, ataupun unsur-unsur lainnya.
Beberapa manfaat rangkuman sebuah bacaan adalah:
1.      Mempermudah mengetahui isi buku
2.      Memperpendek waktu jika pada suatu saat akan dibaca ulang
3.      Membantu ketika dibutuhkan secara praktis

Langkah-langkah menulis rangkuman adalah:
1.      Membaca naskah asli hingga memahami secara utuh dengan lengkap
2.      Mencatat gagasan utama
3.  Menulis dan menyusun rangkuman berdasarkan gagasan utama dengan rangkaian kalimat yang mudah dipahami (menggunakan kata-kata sendiri).
4.   Memeriksa hasil rangkuman apakah sudah sesuai (lengkap) dengan isi buku atau belum.

Untuk memudahkan penulisan rangkuman hal-hal perlu diperhatikan yaitu:
1.      Mencatat kalimat topik
2.      Mencatat ide pokok
3.      Mencatat urutan ide pokok
4.      Tulis dan rangkai ide pokok ke dalam kalimat dengan kata-kata sendiri.

Berkaitan dengan kegiatan menyusun rangkuman ini, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
1.      Untuk menyusun rangkuman sebaiknya menggunakan kalimat tunggal.
2.      Panjang rangkuman disesuaikan dengan panjang pendeknya buku yang dirangkum.
3.      Gagasan ali pengarang/penulis buku harus tetap dipertahankan.
4.      Menyusun rangkuman tidak boleh memasukkan gagasan baru dalam rangkumannya.

Menyunting tulisan adalah memperbaiki tulisan berdasarkan kaidah penulisan yang berlaku, yaitu kaidah ejaan, tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan sistematika  penyajian.

Buku ilmu pengetahuan populer adalah buku yang berisi informasi mengenai pengetahuan yang sifatnya banyak diketahui oleh masyarakat secara umum. Buku pengetahuan populer memiliki berbagai bidang pengetahuan, misalnya: peternakan, bisnis, kepribadian secara umum, dan pengetahuan lainnya. Adapun buku pengetahuan yang membahas mengenai disiplin ilmu tertentu secara spesifik dan detail bukan termasuk buku pengetahuan populer, akan tetapi merupakan buku kajian disiplin ilmu. Contoh buku kajian disiplin ilmu adalah mengenai anatomi tubuh manusia.
Bahasa dalam buku pengetahuan populer bercirikan yaitu:
1.      Komunikatif.
2.      Taat kepada aturan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3.      Isi tersusun secara sistematis dan menampilkan data objektif.

*Disarikan dari berbagai sumber

Rabu, 20 Februari 2013

Membawakan Acara

Membawakan acara adalah menyampaikan susunan acara kepada peserta atau hadirin yang mengikuti acara. Orang yang membawakan acara disebut juga dengan pembawa acara, MC (Master of Ceremony), atau Host (televisi).Tugas pembawa acara adalah mengendalikan dan memandu acara agar tidak monoton dan menjenuhkan. Pembawa acara sangatlah berperan dalam sukses atau tidaknya sebuah acara.
Macam-macam Acara
Acara menurut bentuknya dibagi menjadi 3:
1)      Acara Formal: Acara yang memiliki aturan baku dan setiap aturannya harus dipatuhi oleh para hadirin atau orang-orang yang datang. Acara ini ditandai dengan adanya susunan acara yang pasti, bahasa yang formal atau resmi, dan hadirin yang datang memakai pakaian yang sesuai dengan acara.
Contoh acara formal:
Upacara bendera, wisuda, upacara pelantikan, seminar, upacara kenegaraan dan sebagainya.
2)      Acara Semi formal: Acara yang aturan didalamnya tidak terlalu resmi, namun bahasa yang dipakai adalah bahasa yang baik dan sopan. Terkadang acara ini memiliki aturan berpakaian tapi terkadang pakaian yang dipakai bebas.
Contoh acara semi formal :
Pentas seni sekolah, acara pemberiaan penghargaan, pergelaran musik, ulang tahun sekolah, peresmian gedung, ulang tahun perusahaan, perayaan H.U.T. R.I., dan lain-lain
3)      Acara Non formal adalah acara yang aturan berbahasa dan berpakaiannya bebas.
Contoh acara:
Ulang Tahun teman, Talk show, reality show, arisan, lomba-lomba, pesta-pesta pribadi, dan acara musik.
Keterampilan yang harus dimiliki pembawa acara:
1.      Faktor estetis dan etika, yaitu penampilan yang luwes, manarik, menawan, dan memperhatikan etika pergaulan berkomunikasi;
2.      Faktor emosi/kontrol emosi, maksudnya terkontrol dalam bicara, tidak diulang-ulang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat, dan tidak monoton;
3.      Faktor penguasaan bahasa, yaitu berbicara dengan lugas, mudah dimengerti, bahasa disesuaikan dengan bentuk acaranya resmi atau tidak resmi;
4.      Mengatasi demam panggung, yaitu dengan bersikap rileks dan wajar;
5.      Faktor kualitas suara, maksudnya memperhatikan sikap dan kualitas keluarnya seperti sikap badan, sikap membuka mulut, dan mengatur pernafasan.
Hal-hal yang diperhatikan sebelum membawakan acara:
1.      Sifat acaranya (resmi, semi resmi, tidak resmi);
2.      Memiliki pengetahuan yang cukup tentang acara yang akan dipandu;
3.      Menyiapkan acara yang akan dibawa;
4.      Memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar;
5.      Mempunyai persiapan diri secara mental;
6.      Mengetahui klasifikasi kelas pendidikan peserta yang hadir;
7.      Bersikap familier, ramah, dan akrab dengan hadirin;
8.      Sebaiknya didukung oleh penampilan fisik, pendidikan, dan pakaian yang seimbang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membawakan  sebuah acara:
1.      menggunakan bahasa yang santun dan komunikatif;
2.      mengucapkan salam, ucapan terima kasih, serta sapaan dengan tepat;
3.      menyampaikan acara sesuai dengan urutan acara dengan benar;
4.      menumbuhkan kesan berkomunikasi dengan hadirin atau peserta; dan
5.      menerapkan intonasi dan artikulasi yang tepat.

Susunan Acara
Seorang pembawa acara seharusnya juga bisa memahami dan membuat naskah acara dengan baik. Berikut ini adalah macam-macam susunan acara yang bisa dipakai pembawa acara untuk kelancaran acara yang akan dibawakan:

Susunan Acara Model Lurus:


SUSUNAN ACARA SANTAPAN ROHANI
SMP Negeri 25 Padang Sumatera Barat
15 FEBRUARI 2013
Di Aula Serbaguna
07.05-07.15     : Pembukaan oleh MC
07.15-07.30     : Pembacaan Ayat Suci Al-Quran
07.30-07.40     : Menyanyikan Lagu Nasyid
07.40-08.10     : Ceramah Agama
08.10-09.30     : Penutup/Doa

 
Contoh Bentuk Membawakan Acara Perpisahan Antar Pelajar.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Yang terhormat Bapak Kepala sekolah beserta wakil-wakil kepala dan Kepala Tata usaha serta jajarannya.
Yang kami muliakan Bapak dan ibu guru.
Yang saya sayangi teman-teman semuanya.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Rabbul Jalil, karena hanya dengan rahmat, nikmat, dan taufiq serta hidayah-Nyalah kita bisa berkumpul disini. Mudah-mudahan acara kita kali ini mendapat ridha dari Allah S.W.T., amin. Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada nabi akhir zaman, yakni nabi Muhammad S.A.W., keluarga, para sahabat beliau dan semua orang yang mau mengikuti semua ajaran beliau.
Bapak dan ibu guru yang kami muliakan serta siswa dan siswi yang saya sayangi!
Sebelum susunan acara dibacakan, maka hendaklah kita awali bersama dengan membaca surat Al-Fatihah. Ilaa Hadhratin Nabiyyil Musthafaa Muhammadin S.A.W.. Al-Fatihah (baca surat al-fatihah sampai selesai). Semoga dengan membaca surat Al-Fatihah tersebut Allah S.W.T. melancarkan jalannya acara siang hari ini, amin. Selanjutnya untuk menyingkat waktu, susunan acara hari ini akan saya bacakan, diantaranya:
Pertama          : pembukaan, sebagaimana yang telah kita buka bersama.
Kedua             : pembacaan ayat suci Al-quran
Ketiga             : prakata dari ketua panitia
Keempat        : sambutan wakil siswa/siswi yang akan meninggalkan sekolah dan  yang akan ditinggalkan
Kelima            : Ishoma
Keenam          : nasehat dari Bapak Kepala Sekolah
Ketujuh          : Penutup/doa.
Bapak dan Ibu guru serta siswa/siswi yang berbahagia. Acara kedua pembacaan ayat-ayat suci Al-quran oleh saudara Ikhsan dan diterjemahkan oleh saudari Fatimah. Kepada keduanya waktu dan tempat dipersilahkan.
***Pembacaan Ayat Suci Al-quran***
Shadaqallaahul ‘azhiim. Dengan pembacaan ayat suci Al-quran tadi semoga bermanfaat bagi kita umumnya dan bagi pembaca khususnya. Amin. Acara ketiga, prakata panitia penyelenggara acara yang akan disampaikan oleh saudra Farhan. Kepada saudara Farhan dipersilahkan.
***Penyampaian Kata sambutan***
Demikianlah sambutan yang telah disampaikan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, amin.
Bapak dan Ibu guru serta siswa/siswi yang berbahagia. Acara keempat yaitu sambutan. Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh wakil dari para siswa/siswi yang akan meninggalkan kelas yang akan diwakili oleh saudara Imran. Kepada saudara Imran dipersilahkan.
***Penyampaian Kata Sambutan***
Demikianlah sambutan yang telah disampaikan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, amin. Berikutnya sambutan yang akan disampaikan oleh saudara Syafi wakil dari siswa/siswi yang ditinggalkan. Kepada saudara Syafi dipersilahkan.
***Penyampaian Kata Sambutan***
Demikianlah sambutan yang telah disampaikan, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, amin.
Bapak dan Ibu guru serta siswa/siswi yang berbahagia. Acara yang kelima yaitu ishoma. Dalam acara ini akan ditampilkan beberapa atraksi dari para adik-adik kelas yang akan ditinggalkan, diantaranya pencak silat, membaca puisi, dan sebagainya.
Sambil menikmati hidangan marilah kita saksikan pertunjukan tersebut.
***Saat Istirahat Yang Diisi Oleh Beberapa Pertunjukan***
Demikianlah beberapa pertunjukan yang telah kita saksikan bersama, semoga apa yang ditampilkan bisa menghibur kita semua.
Hadirin sekalian!! Memasuki acara yang keenam, yaitu pengarahan dari Kep. Sekolah Bapak Dr. Faisol, M. Pd.. Kepada Bapak Dr. Faisol, M. Pd. waktu dan tempat dipersilahkan.
Pengarahan Dari Kep. Sekolah
Demikianlah pengarahan yang telah disampaikan, semoga bisa kita gunakan sebagai bekal kita untuk menuntut ilmu yang lebih banyak lagi. Kepada Bapak Dr. Faisol, M. Pd. kita ucapkan terima kasih.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah. Acara demi acara telah kita lalui bersama, maka kini tibalah acara yang ketujuh/terakhir. Sebelum acara ini berakhir, apabila saya selaku pembawa acara ada kata-kata yang kurang berkenan dihati hadirin sekalian, saya mohon maaf yang sebanyak-banyaknya. Kita akhiri dengan Wallaahulmuswaafiq Ilaa Aqwaamith Thaariiq Wassalaamu’alaikum Wr. Wb. Dalam pembacaan doa kami minta dengan hormat kepada Bapak Muslim/Mudin untuk membacakannya.

*Dikutip dan disarikan dari berbagai sumber

Selasa, 01 Mei 2012

Cinta Berkalang Tanah


Siang itu, langit mendung, awan hitam masih bergelantungan menghiasi langit. Rintik-rintik gerimis pun mulai turun membasahi bumi. Namun tak menyurutkan niat ku tuk pergi ke pernikahan kakak sepupuku. Singkat cerita aku pun tiba disana. Ketika  akan memasuki ruangan resepsi, aku disambut oleh seorang pagar ayu berparas cantik.
“Selamat datang, silahkan masuk....!” sapa si gadis dengan penuh keayuan. Hal itu membuat detak jantungku tak beraturan sebab belum pernah bertemu dengan gadis seperti itu seumur hidupku. Walau umurku belum bisa dikatakan telah sampai seumur jagung, mungkin inilah yang dikatakan para pujangga tentang cinta pada pandangan pertama.
“Terimakasih, kalau boleh tahu namanya siapa??” kataku gugup sambil memberanikan diri untuk menanyakan namanya.
Si gadis menjawab singkat “ Ulfah”.
Lalu aku pun mngulurkan tangannya sambil berujar “Jai, senang berkenalan denganmu”.
“Sama-sama” balasnya dengan suara merdu.
Lalu aku pun beranjak pergi ke dalam ruang jamuan dengan senyum bahagia dan hati yang berbunga-bunga.

Sejak perkenalan itu, ku jalinlah hubungan, hubungan yang makin hari terasa semakin dekat. Perlahan-lahan namun pasti benih-benih cinta pun bersemi. Tapi aku masih ragu tuk mengungkapkannya karena takut nanti akan bertepuk sebelah tangan.
Suatu hari aku pun mengajak Ulfah tuk bertemu di tepi pantai kampung kami. Dengan tekad yang bulat disertai hati berdebar aku pun mengungkapkan perasaan yang selama ini terpendam.
“Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang”

“Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar”

Fah, ku tak bisa merangkai kata menjadi kalimat bak syair-syair cinta para pujangga. Aku juga tak mampu mengukir awan agar kau tahu betapa indahnya bisa mencintaimu. Engkau pun amat cantik, berbudi baik, dan berhati lembut. Maukah engkau menjadi kekasihku?” tanya ku dengan penuh harap.
Pertanyaan ku itu membuat jantungnya berdetak kencang sebab ia tak menyangka kalau aku akan mengatakan itu. Ternyata dalam hatinya ia juga punya perasaan yang sama terhadap ku. Maka ia pun menjawab dengan untaian pantun.
“Pepaya muda dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Baru kini dapat menegur”

“Jika roboh kota Jakarta
Papan di Sumatera saya tegakkan
Jika sungguh kanda berkata
Badan dan nyawa dinda serahkan”

Alangkah senang hati mendengar jawaban kasih berbalas kasih. Aku pun merasa sangat bahagia. Ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Sejak itu, aku dan Ulfah pun menjalin kasih.

Pada mulanya kami berniat menyembunyikan hubungan ini dari orang tua. Namun kami khawatir hubungan ini akan menimbulkan fitnah. Akhirnya aku dan Ulfah pun berterus terang kepada keluarga kami masing-masing.

Bagai belati tajam yang dihujamkan ke relung sukma ketika ku tahu kalau keluargaku dan keluarga ulfah  tak merestui hubungan kami. Hal itu dikarenakan kami masih satu suku dan satu datuk. Jika aku tetap meneruskan hubungan ini dan melanggar aturan adat, maka hukum adat pun akan berlaku. Aku dan Ulfah akan di usir dari kampung dan keluarga kami akan dikucilkan masyarakat, dipisahkan dari sanak saudara. Dan lebih pahit lagi, meski keluarga kami masih ada di kampung, masyarakat akan menganggap keluarga kami tidak ada.

Begitulah, peraturan adat ini entah berpedoman kepada apa. Katanya adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, tapi itu hanya tinggal filosofi saja. Adat dijalankan tanpa hukum agama. Padahal kalau di pandang dari sisi lain, bukan dari aturan manusia belaka, hubungan kami sah-sah saja.

Tak tega rasanya bila harus mengungkai kasih yang telah terlanjur tertuang pada panutan hati. Tak akan mampu rasanya berpindah ke lain hati. Ku teguhkan hati untuk pergi dari kampung halaman dimana aku dilahirkan dan dibesarkan, kampung halaman dimana aku main kejar-kejaran ketika masih kanak-kanak, tanah lapang tempatku bermain layang-layang, negeri nan elok, indah dengan barisan bukit hijau dan hamparan sawah yang menguning bagaikan taburan emas bila musim panen tiba, menjanjikan harapan pada petani karena terobat jerih payah mereka setelah berbulan-bulan merawatnya. Cericit burung pipit riuh gemuruh kala dihalau dari pematang sawah, harum wewangian bunga sedap malam semerbak memenuhi udara desa dikala malam tiba. Dalam waktu yang lama, itu semua hanya akan jadi kenangan belaka ketika kaki ku mulai melangkah jauh.

Ulfah tak bisa menerima kenyataan kalau hubungan kami terlarang dan ia tak merelakan  kepergianku. Sejak saat itu, ia tak mau lagi makan dan minum. Akibatnya kondisi fisik Ulfah pun melemah. Dari hari ke hari kondisinya bertambah buruk. Puncaknya, Ulfah pun dipanggil Sang Pencipta. Begitulah berita yang sampai ketelinganku. Mendengar itu, di sini, di hati ini, ada rintik-rintik duka yang tak mampu ku bahasakan dengan kata-kata ataupun lewat warnanya tinta. Bukan kepergiannya yang ku ratapi, tapi penyesalan yang tumbuh di diri ini. Kematiannya ku anggap suatu hal yang biasa, ada hidup tentu ada mati. Seperti halnya bunga-bunga yang mekar lalu berguguran jatuh kebumi. Disengaja ataupun karena masa.

Penyesalan. Penyesalan karena keputusanku yang membuat kematian bidadari panutan hati. Kematian yang membuat duka sanak saudara, kematian yang membuat para tetangga berbelasungkawa. Akhirnya berita duka itu jugalah yang membuat ku berani pulang ke kampung halamanku. Namun apa daya, mujur tak dapat diraih malang tak dapat di tolak. Tuk terakhir kalinya jenazah Ulfah pun tak sempat ku lihat. Hanya tanah merah yang kutemukan. Tanah merah basah tempat orang yang kucintai disemayamkan. Menetes air mataku mengenang penderitaan yang telah dia alami. Terasa lemah seluruh persendian tubuh saat kugenggam tanah lembab di atas kuburan kekasihku. Kuhirup udara yang bercampur tanah dan bau kembang yang ditabur, lalu kehempaskan bersama masalah yang terasa menyesak.

Ditulis Oleh :
JUMAIDI AGUS
MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA