Minggu, 23 Oktober 2011

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Nama Sekolah                         : ................................................
Mata Pelajaran                      : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester                       : VII/1
Alokasi Waktu                        : 4 × 40 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi              : Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.
Kompetensi Dasar                 : Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memerhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik mampu:
• memahami isi teks wawancara;
• mengubah teks wawancara menjadi teks narasi dengan memerhatikan penulisan kalimat langsung dan tidak langsung.

v  Karakter siswa yang diharapkan :          
  • Dapat dipercaya ( Trustworthines);
  • Rasa hormat dan perhatian (respect);
  • Tekun (diligence);
  • Tanggung jawab (responsibility);

II. Materi Ajar
Teks wawancara

III. Metode Pembelajaran
  •   Contoh
  •  Tanya jawab
  •  Dialog
  •  Latihan

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama dan Kedua :
A. Kegiatan Awal
Apersepsi :
• Memberikan pengantar awal materi.
Motivasi :
• Memahami isi teks wawancara
B. Kegiatan Inti
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F  mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat
F  melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F  menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
F  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
F  melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
F  memfasilitasi peserta didik  memahami isi teks wawancara;
F  mengubah teks wawancara menjadi teks narasi dengan memerhatikan penulisan kalimat langsung dan tidak langsung

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F  memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
F  memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
F  memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
F  memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F  memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
F  memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
F  memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang  menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.    
F  Membaca dialog tentang teks percakapan
F  Membandingkan hasil ubahan teks wawancara menjadi teks narasi

§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
F  memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
F  memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
F  memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
Ø  berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
Ø  membantu menyelesaikan masalah;
Ø  memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
Ø  memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
Ø  memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

C. Kegiatan Akhir
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F  bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
F  menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
F  Menyimpulkan materi teks langkah-langkah mengubah teks wawancara menjadi narasi
F  Mengubah teks wawancara menjadi teks narasi

V. Sumber/Alat/Bahan
F  Teks wawancara
F Alat wawancara
F  Buku Penunjang Pelajaran Bahasa Indonesia

VI. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
·    Mampu mengubah kalimat langsung dalam wawancara menjadi kalimat tidak langsung
·    Mampu mengubah teks wawancara menjadi narasi

Penugasan individual/kelompok



Pekerjaan rumah (PR)




§ Ubahlah kalimat langsung di dalam teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung!
§ Narasikan  teks wawancara!



Bentuk tes: lisan
No
Aspek Penilaian
Bobot
Nilai
1
Membacakan teks wawancara dengan lafal dan intonasi
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)

5

2
Membedakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)
5

3
Mengubah teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung
a. Benar (3)
b. Kurang benar (2)
c. Tidak benar (1)
5


Keterangan
Skor maksimum 3 (3 × 5) = 45

Nilai akhir :            Skor yang diperoleh      
                          X   100  
                                    Skor maksimal


Mengetahui,
Kepala Sekolah ......................,



(__________________________)
NIP / NIK : ..........................

Padang, 18 Oktober  2011
Guru Mapel Bahasa Indonesia.



(_______________________)
NIP / NIK : ..........................


Mengubah Teks Wawancara Menjadi Teks Narasi dengan Memerhatikan Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Teks wawancara merupakan bentuk penyajian informasi berupa tanya jawab antara pewawancara dan narasumber. Untuk menceritakan atau menyampaikan kembali hasil wawancara kepada orang lain, teks wawancara perlu diubah dalam bentuk narasi. Narasi merupakan bentuk karangan pengisahan suatu cerita atau kejadian.
Agar kamu dapat menarasikan teks wawancara dengan baik, lakukan langkah-langkah berikut.
  1. Bacalah teks wawancara dengan cermat.
  2. Catatlah pokok-pokok isi wawancara.
  3. Buatlah pengantar ke arah isi wawancara.
  4. Narasikan isi wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi.
  5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.

Kalimat Langsung
  • Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
  • Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
  • Biasanya ditandai dengan tanda petik ( “....” )

Kalimat Tidak Langsung
  • Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain.
  • Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita.

Contoh naskah wawancara

Topik : Hiburan.
Narasumber : Romy Rafael.
Pewawancara : Wartawan dari majalah Magic Indonesia.
W : wartawan (Vanessa), N : narasumber (Romi).
W : Selamat pagi Pak, saya wartawan dari majalah Magic Indonesia, boleh
saya mewawancarai Bapak?
N : Pagi. Tentu saja boleh, silahkan.
W : Majalah Magic Indonesia akan memasukkan biografi anda sebagai salah
satu magician Indonesia , jadi wawancara ini berkaitan dengan
kehidupan Anda?
N : Begitu ya? Baik saya siap.
W : Terima kasih Pak.
Ilmu magic apa yang selama ini ditekuni?
N : Selama ini saya menekuni ilmu hipnotis.
W : Darimana anda dapat mengetahui ilmu ini?
Apakah sejak anda mengetahuinya anda langsung tertarik?
N : Saat masih kecil, kehidupan saya dengan teman-teman saya yang lain
memang sedikit berbeda. Di saat teman-teman saya yang lain
berkumpul untuk bermain, saya menyendiri. Karena kebiasaan itu,
saya sering kali menjadi bahan ejekan teman-teman, dan jadilah saya
seorang yang tidak percaya diri.
Begitu pula saat saya duduk di bangku SMP, sifat saya yg
tertutup membuat saya tidak memiliki banyak teman. Beruntung dari
keadaan itu, saya memiliki ‘teman-teman baru’ berupa buku, dari buku-
buku yang saya baca itulah saya mendapatkan karakter diri saya dan
mulai tertarik pada ilmu hipnotis.
W : Berapa lama anda mendalami ilmu hipnotis ini?
Dimana sajakah anda mendalaminya?
N : Saya mendalami ilmu hipnotis dan berbagai kegunaannya lebih dari
empat tahun di Amerika. Disana saya pernah belajar di Hypnotism
Training Institute, Ultimate Stage Hypnotism Institute dan Institute for
Neuro Research and Education.
W : Sebelum anda benar-benar menekuni ilmu hipnotis ini, bagaimana
tanggapan atau reaksi orang tua anda?
N : Keputusan saya menekuni dunia ini memang mendapat tentangan dari
keluarga saya. Pola pikir kedua orang tua saya masih berdasarkan pada
persetujuan umum, kalau bekerja berarti menjadi pegawai.
W : Sampai saat ini, hal apa saja yang telah dijalani bersangkutan dengan
ilmu hipnotis anda?
N : Sampai saat ini, saya menggunakan kemampuan hipnotis saya selain
untuk hiburan, juga untuk aktivitas klinis (pengobatan psikis), medis
(kedokteran),bahkan untuk bisnis dan perusahaan. Saya selalu
berusaha menghilangkan kesan negatif hipnotis lantaran karena kasus
penipuan dan
kejahatan dengan ilmu ini. Saya telah membuka Klinik Romy Rafael
Hypnotheraphy dengan menerima penyembuhan orang yang tengah
dalam keadaan stres, depresi, phobia, bahkan menghilangkan
kebiasaan buruk.
Selain itu, saya juga telah menyusun buku Hypnotheraphy : Quit
Smoking!, yang berisi panduan hypnoteraphy dalam bentuk buku dan
CD, untuk menghilangkan kecanduan rokok. Sekarang ini, saya
menjadi salah satu komentator di acara The Master dan tuan rumah
di Master Hipnotis Romy Rafael.
W : Mengapa anda mendapat sebutan Master Hipnotis?
N : Pada tahun 2005 lalu saya berhasil mencatat rekor Museum Rekor
Indonesia atau yang dikenal MURI dengan menghipnotis sekitar 5000
orang yang hadir dalam sebuah acara seminar yang berlangsung di
Mangga Dua Square, Jakarta pada 11 November 2005.
W : Menarik sekali perjalanan anda menuju kesuksesan anda sekarang ini,
semua dijalani tanpa kenal lelah.
Baik Pak, terima kasih atas waktu dan semua informasinya. Sukses
selalu dan selamat siang.
N : Sama-sama. Terima Kasih.

Latihan :
Ubahlah teks wawancara di bawah ini menjadi bentuk narasi dengan memerhatikan langkah-langkah penyajiannya!
Bacalah teks wawancara berikut!
Ket:
P -> Penanya
N -> Narasumber

Membangun Community of Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesiamerupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainmen, atau sebagai mobile office. Simaklah wawancara dengan pakar komunikasi dan telematika, Roy Suryo berikut! Mintalah dua temanmu untuk membacakannya secara bergantian!
P : Sejak kapan menekuni bidang komunikasi dan telematika, dan mengapa memutuskan total di bidang ini?
N : Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama saya ikuti, semakinmenyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
P : Bagaimana Anda melihat teknologi komunikasi dan telematikaIndonesia saat ini, terutama dengan hadirnya 3G?
N : Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya. Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampus-kampus ini juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
P : Apakah dampak negatif lain dari 3G? Kesehatan, lingkungan, atau mungkin kriminalisasi?
N : Pertanyaan ini selalu muncul. Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang punya kreativitas, perlu dibina. Makanya, daripada ngoprek yang kriminal, disalurkan
ke operator saja. Kita libatkan dan kita gali kreasinya.
P : Solusi atau dampak negatif yang muncul?
N : Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
P : Siapa yang berperan terhadap baik-buruknya teknologi?
N : Semua punya keterlibatan dalam perkembangan teknologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain, hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi.
Sumber Media Halo, Edisi April 2007, (dengan pengubahan).

Bentuk Narasinya :
Membangun Community of Knowledge Lewat 3G
Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainment, atau sebagai mobile office.
Roy Suryo mulai menyukai bidang komunikasi dan telematika sejak SD. Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama saya ikuti, semakin menyenangkan. Dari hobi itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
Baginya teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya. Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampus-kampus ini juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang punya kreativitas, perlu dibina. Makanya, daripada ngoprek yang kriminal, disalurkan ke operator saja. Kita libatkan dan kita gali kreasinya. Solusi atau dampak negatif yang muncul? Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Semua pihak memiliki keterlibatan dalam perkembangan teknologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain, hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi. Sumber Media Halo, Edisi April 2007, (dengan pengubahan).


Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung

§Teks wawancaramerupakan bentukpenyajian informasiberupa tanya jawabantara pewawancaradan narasumber.Untuk menceritakanatau menyampaikankembali hasilwawancara kepadaorang lain, tekswawancara perludiubah dalam bentuknarasi.


Perhatikan contoh wawancara berikut ini!
Herlina : Selamat pagi Dokter Yoga, perkenalkan nama saya Herlina. Saya
dari SMP Taman Laut.
Dokter Yoga : Selamat pagi! Saya senang sekali berjumpa dengan Adik.
Herlina : Dok, maksud kedatangan saya ini adalah untuk mewawancarai
Dokter mengenai sejumlah tanaman obat di Indonesia, khususnya
temu lawak. Beberapa waktu yang lalu, saya membaca profil
Anda di jurnal yang menyebutkan bahwa Anda adalah peneliti
Temu lawak di Korea. Dokter Yoga tidak keberatan ‘kan?
Dokter Yoga : Oh... tentu saja tidak. Saya justru senang karena temu lawak yang
berkasiat itu menjadi dikenal dan diperhatikan manfaatnya oleh orang
banyak. Silakan saja apa yang ingin Adik ketahui tentang temu lawak?
Herlinda : Mengapa Anda tertarik meneliti temu lawak, Dok?
Dokter Yoga : Jika Anda berbicara tentang ginseng pasti yang terlintas negara Korea,
padahal, negara penghasil ginseng terbesar di dunia adalah Kanada
dan Cina. Orang Korea sendiri juga mengimpor bahan dasar gingseng
dari Kanada dan Cina. Sebaliknya, tanaman temu lawak hanya terdapat
di Indonesia. Saya berharap temu lawak bisa menjadi ikon tanaman
obat dari Indonesia, sama seperti gingseng yang sudah menjadi ikon Korea.
Herlina : Apakah temu lawak termasuk tumbuhan yang sulit tumbuh?
Dokter Yoga : Oh, tidak. Temu lawak mudah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia,
temu lawak dapat ditemukan di Jawa, Bali, NTB, dan Maluku Selatan.
Temu lawak yang nama latinnya Curcuma zanthorrhiza merupakan
tanaman yang hampir tidak memiliki musuh (hama). Tanaman itu
menghasilkan antijamur, ia tidak akan terkena jamur karena temu
lawak sendiri menghasilkan jamur.
Herlina : Apa saja manfaat temu lawak, Dok?
Dokter Yoga : Manfaat temu lawak, antara lain sebagai antiketombe, untuk pasta
gigi, dan dimungkinkan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
kanker.