PRINSIP KERJASAMA DAN MAKSIM-MAKSIMNYA
Grice (1991:309) menyatakan bahwa percakapan akan mengarah pada penyamaan
unsur-unsur pada transaksi kerjasama yang semula berbeda. Penyamaan tersebut
dilakukan dengan jalan:
1)
menyamakan jangka
tujuan pendek, meskipun tujuan akhirnya berbeda atau bahkan bertentangan,
2)
menyatukan sumbangan
partisipasi sehingga penutur dan mitra tutur saling membutuhkan,
3)
mengusahan agar
penutur dan mitra tutur mempunyai pengertian bahwa transaksi berlangsung dengan
suatu pola tertentu yang cocok, kecuali bila bermaksud hendak mengakhiri
kerjasama.
Dalam rangka memenuhi
keperluan tersebut, Grice (1991) mengemukkan PKS yang berbunyi “Buatlah
sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada saat berbicara,
berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang sedang
Anda ikuti”. PKS terdiri dari
empat maksim dan terdiri dari submaksim sebagai berikut:
(1) Maksim kuantitas: Berilah jumlah informasi yang tepat.
a. Buatlah sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan.
b. Jangan membuat sumbangan Anda lebih informative dari
yang diperlukan.
(2) Maksim kualitas: Buatlah sumbangan atau kontribusi Anda sebagai sesuatu
yang benar.
a. Jangan mengatakan apa yang Anda yakini salah.
b. Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak memiliki
bukti.
(3) Maksim hubungan: Jagalah kerelevansian.
Bicaralah yang
relevan.
(4) Maksim cara: Tajamkanlah pikiran.
a. Hindari ungkapan yang membingungkan.
b. Hindari ambiguitas.
c. Bicaralah secara
singkat.
d. Bicaralah secara teratur.
Dalam sebuah interaksi, pelanggaran maksim tutur sering tak
terelakkan. Pelanggaran tersebut ada yang tidak sengaja dan ada yang
disengaja. Grice (1975: 49) membedakan pelanggaran maksim tutur menjadi empat
jenis, yaitu:
1. Violasi.
Violasi maksim tutur merupakan pelanggaran yang terjadi karena penutur
tidak mampu menggunakan maksim tutur dengan benar.
2. Pengabaian.
Pengabaian maksim tutur terjadi karena penutur enggan bekerjasama dengan
mitra tutur.
3. Perbenturan.
Perbenturan terjadi jika penutur berhadapan dengan pilihan penggunaan
maksim tutur yang saling bertentangan, misalnya maksim kuantitas dengan maksim
kesantuan.
4.
permainan.
Permainan terjadi jika penutur sengaja melanggar maksim tutur dengan maksud
agar tuturannya dipahami dengan lebih baik.
Tiga jenis
pelanggaran pertama disebut sebagai kegagalan dalam penggunaan maksim tutur (unintention alfailure), sedangkan pelanggaran
jenis keempat disebut pengintensifan (intention nonfulfilment).
Realisasi PKS memiliki dua bentuk, yakni bentuk menaati maksim PKS dan
bentuk melanggar maksim PKS. Realisasi PKS memiliki fungsi beragam sesuai
konteks penggunaannya. Misalnya, realisasi PKS di sidang pengadilan memiliki
fungsi yang berbeda dengan realisasi PKS dalam interaksi kelas atau interaksi
keluarga.
Hal ini senada dengan
pendapat Leech (1993:12) bahwa maksim-maksim PKS (1) berlaku secara berbeda
dalam konteks penggunaan yang berbeda, (2) berlaku dalam tindakan yang berbeda;
tidak ada prinsip yang berlaku secara mutlak, atau tidak berlaku sama sekali, (3)
dapat berlawanan satu dengan yang lain, dan (4) dapat dilanggar tanpa
meniadakan jenis tindakan yang dikendalikannya.
Mohon maaf.. Bisa ditulis kah sumber literatur dari tulisan di atas.? Terimakasih banyak, karena tulisan tsb sangat bermanfaat bagi saya pak :-)
BalasHapusMohon maaf.. Bisa ditulis kah sumber literatur dari tulisan di atas.? Terimakasih banyak, karena tulisan tsb sangat bermanfaat bagi saya pak :-)
BalasHapus