Rabu, 20 Juli 2011

UCAPAN MENYAMBUT BULAN PENUH MAHRIFAH (BULAN PUASA)



Menjelang datangnya bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, ada tradisi untuk saling memberikan ucapan selamat sesama kaum muslimin. Kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk saling meminta maaf agar hati menjadi bersih dalam memasuki bulan yang suci dan penuh berkah ini.
Berikut ini adalah beberapa pilihan ucapan selamat Ramadhan yang bisa dijadikan sebagai contoh, sumber inspirasi atau sekedar disalin untuk dikirimkan kepada keluarga,sanak saudara, para kenalan ataupun teman-teman dan sahabat . Ada yang jenaka dan ada yang puitis. Ucapan-ucapan ini diperoleh dari berbagai sumber.
Berikut ucapan-ucapan menyambut Ramadhan pilihan, semoga bermanfaat.

Ucapan 1
Bila dalam kata perbuatan tergores salah & khilaf.
Dengan segala kerendahan hati meminta maaf.
Selamat menunaikan ibadah puasa.


Ucapan 2
 Ya Allah, muliakan & sayangilah saudaraku ini.
 Bahagiakan keluarganya, berkahi rizkinya, dan kuatkan imannya.
Berikanlah kenikmatan ibadahnya, jauhkan dari segala fitnah. amiin.
"AHLAN WASAHLAN YA RAMADHAN "
Mohon maaf lahir dan batin.


Ucapan 3
Selembut embun dipagi hari.
Tengadah tangan sepuluh jari.
Ku  ucapkan salam setulus hati.
selamat menunaikan ibadah puasa pada bulan penuh berkah ini.
 Mohon maaf lahir batin.


Ucapan 4
Pucuk selasih bertunas menjulang.
Dahannya patah tolong betulkan.
 Puasa Ramadhan kembali menjelang.
 Salah dan khilaf mohon dimaafkan.
MARHABAN YA RAMADHAN.
Selamat Menunaikan Ibadah puasa


Ucapan 5.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Buka hati dapat CINTA.
Buka pikiran dapat ILMU.
Buka mata dapat Rizki.
Buka handphone dapat pesan.
Mohon maaf lahir dan batin.
Selamat menjalankan ibadah puasa.

Ucapan 6
Sebelum lidah keluh.
Sebelum hati keabali membeku.
Sebelum jempol kaku & sulit untuk sekedar minta maaf lewat sms.
Sebelum semua operator sibuk..
MOHON Maaf atas semua khilaf yang pernah saya lakukan.


Ucapan 7
Marhaban yang ramadhan.
Bulan suci kembali tiba.
Saat tepat menyucikan diri dari segala dosa.
Tanpa basa basi mohon dimaafkan segala yang salah.


Ucapan 8
Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu.
Silahkan kesah, kau bukan takdirku.
Mujahadah adalah temanku.
Dakwah adalah nafasku.
Allah adalah kasihku.
Mohon maafkan segala kesalahan.


Ucapan 9
Mengingat Kata yang Salah.
Hati yang Berprasangka.
Janji yang terlupakan.
Sikap & Sifat yang menyakitkan.
Di hari ini ijinkanlah ku juga mengucapkan mohon maaf LAHIR DAN BATHIN.

 
Ucapan 10
Pelanggan yang terhormat.
Selamat menunaikan ibadah puasa 1930 H. Mohon maaf lahir dan batin.


Ucapan 11
Sebelum HCl jadi basa, NaOH jadi asam, NaCl jadi manis danb glukosa jadi asin, hati selalu tertengadah mengharap titrasi maaf dari buret hatimu. Marhaban Ya Ramadhan.


Ucapan 12
Anak melayu mengail ikan.
Perahu berlayar ke tengah lautan.
Sambil menunggu datangnya ramadhan.
Jariku susun mohon ampunan,.
Selamat menyambut bulan suci ramadhan.


Ucapan 13
Mungkin hari-hari yang lewat telah menyisakan sebersit kenangan yang tak terlupa, ada salah, ada khilaf, ada dosa yang mengikuti perjalanan hari-hari itu.Agar tak ada sesal, tak ada dendam, tak ada penyesalan.
Mari kita sama-sama sucikan hati, diri, dan jiwa kita dengan saling memaafkan.
Marhaban Yaa Ramadhan.


Ucapan 14
Jika hati ini seringkali jengkel,
Jadikan ia jernih sejernih XL,
Jika hati ini seringkali iri
Jadikan ia cerah secerah MENTARI
Jika hati ini seringkali dendam
Jadikan ia penuh kemesraan FREN
Jika hati ini seringkali dengki
Jadikan ia penuh SIMPATI
Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Ya Ramadhan
Bebaskan Diri dari ROAMING dosa
Raihlah HOKI
Raihlah JEMPOL dari ILLAHI

Ucapan 15
Semoga di bulan Ramadhan ini kita bisa beningkan hati seperti XL,
Dapat berpikir luas seperti SIMPATI,
memberi maaf secara cuma2 seperti AS,
memberi banyak kesempatan seperti IM3,
murah senyum seperti JEMPOL,
Dan yang palingg penting kita dpt berpikir cerah seperti MENTARI.
Sebelum cahaya Illahi dipadamkan,
Sebelum langit runtuh,
Sebelum pintu taubat ditutup,
Sebelum malaikat menjemput,
Sebelum ramadhan tiba,
Maaf kalau ada perkataan yg menyinggung sampai telinga panas seperti ESIA.


Ucapan 16
Berharap padi dalam lesung, yang ada cuma rumpun jerami.
Harapan hati bertatap langsung, cuma terlayang sms ini.
Sebelum cahaya padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang.
Saya mohon maaf lahir dan bathin.


Ucapan 17
Jika semua HARTA adalah RACUN, maka ZAKAT-lah penawarnya.
Jika seluruh UMUR adalah DOSA, maka TAQWA&TOBAT lah obatnya.
Jika seluruh BULAN adalah NODA, maka RAMADHAN lah pemutihnya.
MOHON MAAF LAHIR & BATHIN.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA.

Ucapan 18
Bila hati saling terpaut rasa cinta terjalin indah.
Bila salah & Khilaf telah terjadi maka Mohon Maaf
Lahir & Batin atas kesalahan,
“Marhaban Ya Ramadhan”
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Semoga kita selalu diberkahi dibulan yang penuh mahrifah.


Ucapan 19
Jika hati seputih awan jangan biarkan ia mendung.
Jka hati seindah bulan hiasi dengan senyuman.
Marhaban ya ramadhan.
Selamat menunaikan ibadah puasa mohon maaf lahir dan bathin.

Sabtu, 16 Juli 2011

Legenda Malin Kundang Padang Sumatera Barat


Malin Kundang adalah sebuah legenda yang berasal dari Pantai Aia Manih, Padang, Sumatera Barat. Legenda ini berkisah tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya yang kemudian dikutuk oleh ibunya sendiri karena kedurhakaanya itu. Berikut ini kisah selengkapnya.
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan miskin di Pesisir Pantai wilayah Sumatera. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan sang suami memutuskan untuk mencari nafkah ke negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Malin Kundang. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun berganti tahun, sang suami, ayahnya malin kundang tidak juga kembali ke kampung halamanya sehingga sang istri ibunya malin kundang harus menggantikan posisi ayahnya untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan kepalanya  luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dikepalanya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan kepada ibunya yang membanting tulang mencari nafkah demi membesarkan dirinya. Kemudian Ia berpikir untuk mencari nafkah ke negeri seberang dengan harapan ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi orang yang kaya raya. 
Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang mengingat suaminya juga pernah pergi merantau dan tak pernah kembali lagi. Tetapi karena Malin Kundang terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.
Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin Kundang segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisi tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, malin kundang ditolong oleh Saudagar yang kaya setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Karena keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, sang saudagar tertarik melihat malin yang ternyata seorang pekerja keras sehingga ia berniat mengambil malin menjadi menantunya. Setelah menikah malin mewarisi seluruh harta kekayaan sang saudagar. Ditangan Malin lama kelamaan harta yang ia warisi itu semakin bertambah banyak sehingga malin menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibunya Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah dan mendorongnya sehinnga wanita tua itu terjatuh. ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya namun ia tidak mau mengakuinya karena malu jika hal ini diketahui oleh istrinya dan anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang menjadi marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. kemarahannya memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat yang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku. lama-kelamaan berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Demikianlah cerita Malin Kundang dari daerah Padang Sumatera Barat ini. Di balik cerita diatas, tersimpan pesan-pesan moral yang dapat kita petik untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya yang dapat kita petik untuk dijadikan pedoman adalah janganlah menjadi anak durhaka kepada orang tua karena seperti apapun, mereka tetaplah orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita sehingga kita bisa menjadi seperti saat sekarang ini. Itu semua berkat  doa dari mereka.
Diceritakan kembali oleh U_mai ^_^

Jumat, 15 Juli 2011

Kaba Cindua Mato

Edisi cetak tertua kaba ini adalah yang dicatat oleh Van Der Toorn, Tjindur Mato, Minangkabausch-Maleische Legende. Edisi ini hanya memuat sepertiga saja dari manuskrip asli yang tebalnya 500 halaman. Pada 1904 Datuk Garang menerbitkan edisi lengkap kaba ini di Semenanjung malaya dalam aksara Jawi. Edisi ini mirip dengan versi van der Toorn.
Edisi Datuk Garang didasarkan pada manuskrip milik keluarga seorang Tuanku Laras di daerah Minangkabau timur.
Tokoh-tokoh utama
  • Bundo Kanduang adalah ratu asli, yang diciptakan bersamaan dengan alam ini. Ia merupakan ibu dari Raja Alam, Dang Tuanku, yang dilahirkannya setelah ia meminum air kelapa gading.
  • Dang Tuanku adalah Raja Pagaruyung, putra Bundo Kanduang. Dia ditunangkan dengan Puti Bungsu, sepupunya, anak dari pamannya Rajo Mudo, yang berkuasa di Sikalawi.
  • Cindua Mato seperti Dang Tuanku terlahir setelah ibunya, Kembang Bendahari, meminum air kelapa gading. Karena itu dia juga dapat dipandang sebagai saudara Dang Tuanku.
  • Imbang Jayo adalah raja Sungai Ngiang, rantau Minangkabau sebelah Timur. Dia berusaha merebut Puti Bungsu, yang sudah ditunangkan dengan Dang Tuanku, dengan menyebarkan desas-desus bahwa raja Pagaruyung tersebut menderita penyakit.
  • Tiang Bungkuak adalah ayah Imbang Jayo yang sakti dan kebal. Namun pada akhirnya Cindua Mato menemukan kelemahannya.
Antara Fakta dan Legenda
Sebagian sejarawan menilai bahwa kisah Cindua Mato merupakan sebuah cerita yang mengambil settingan dan inspirasi dari kerajaan Pagaruyung pada suatu periode. Diduga periode itu adalah ketika terjadinya kevakuman di Pagaruyung sekitar awal abad 15 hingga awal abad 16. Sepeninggal Anannggawarman banyak terjadi huru-hara perebutan tahta di Pagaruyung dan juga disebabkan oleh perubahan akidah rakyat Minangkabau yang sebelumnya animisme Hindu Buddha menjadi muslim yang mendorongnya berkurangnya dukungan rakyat terhadap kekuasaan Pagaruyung yang otoriter dan aristokrat.
Karena serangan dari kerajaan-kerajaan di timur, Pagaruyung terdesak dan sebagian besar kalangan istana menyelamatkan diri ke tenggara Pagaruyung.
Menurut masyarakat Lunang (termasuk bekas wilayah Kesultanan Inderapura di masa lampau), keturunan dari Bundo Kandung dan Cindua Mato masih ada sampai sekarang disana dan dibuktikan dengan adanya makam mereka di sana.
Ringkasan
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang ratu bernama Bundo Kanduang, yang konon diciptakan bersamaan dengan alam semesta ini (samo tajadi jo alamko). Dia adalah timpalan Raja Rum, Raja Cina dan Raja dari Laut. Suatu hari Bundo Kanduang menyuruh Kembang Bendahari, seorang dayangnya yang setia, untuk membangunkan putranya Dang Tuanku, yang sedang tidur di anjungan istana. Kembang Bendahari menolak, karena Dang Tuanku adalah Raja Alam, orang yang sakti. Bundo Kanduang lalu membangunkan sendiri Dang Tuanku, dan berkata bahwa Bendahara sedang mengadakan gelanggang di nagarinya Sungai Tarab, untuk memilih suami buat putrinya. Karena gelanggang tersebut akan dikunjungi banyak pangeran, sutan, dan putra-putra orang-orang terpandang, Dang Tuanku dan Cindua Mato seharusnya ikut serta di dalamnya. Bundo Kanduang memerintahkan Dang Tuanku untuk menanyakan apakah Bendahara akan menerima Cindua Mato sebagai suami dari putrinya, Puti Lenggo Geni. Setelah menerima pengajaran tentang adat Minangkabau dari Bundo Kanduang, Dang Tuanku, Cindua Mato dan para pengiringnya berangkat ke Sungai Tarab.
Di Sungai Tarab mereka disambut oleh Bendahara. Dang Tuanku bertanya apakah Bendahara bersedia menerima Cindua Mato yang “bodoh dan miskin” sebagai menantunya. Sebenarnya Cindua Mato adalah calon menantu ideal, dan karena itu lamaran tersebut diterima. Dang Tuanku kemudian berbincang-bincang dengan Bendahara, yang merupakan ahli adat di dalam Basa Ampek Balai, membahas adat Minangkabau dan apakah telah terjadi perubahan dari adat nenek moyang. Menurut Bendahara prinsip-prinsip yang diwariskan dari perumus adat Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang tetap tak berubah.
Sementara itu Cindua Mato mendengar pergunjingan di pasar bahwa Puti Bungsu, tunangan Dang Tuanku, akan dinikahkan dengan Imbang Jayo, Raja Sungai Ngiang, sebuah negeri di rantau timur Minangkabau. Menurut kabar itu, di sana tersebar berita bahwa Dang Tuanku diasingkan karena menderita penyakit. Puti Bungsu adalah putri Rajo Mudo, saudara Bundo Kanduang, yang memerintah sebagai wakil Pagaruyung di Ranah Sikalawi, tetangga Sungai Ngiang. Ketika menemukan bahwa cerita ini disebarkan oleh kaki tangan Imbang Jayo, Cindua Mato bergegas mendesak Dang Tuanku untuk meminta permisi pada Bendahara dan kembali ke Pagaruyung. Gunjingan seperti itu adalah hinaan kepada Raja Alam.
Di Pagaruyung Cindua Mato menceritakan Dang Tuanku dan Bundo Kanduang apa yang didengarnya di pasar. Bundo Kanduang naik pitam, namun sebelum bertindak dia mesti berunding dulu dengan Basa Ampek Balai. Dalam rapat-rapat berikutnya para menteri tersebut berusaha menengahi Bundo Kanduang pada satu pihak, yang tak dapat menerima hinaan dari saudaranya, dan Dang Tuanku beserta Cindua Mato pada pihak lain, yang menganjurkan kesabaran. Pertemuan tersebut berakhir dengan kesepakatan bahwa Cindua Mato akan berangkat sebagai utusan Bundo Kanduang dan Dang Tuanku ke Sikalawi, dengan membawa Sibinuang, seekor kerbau sakti, sebagai mas kawin untuk Puti Bungsu.
Dengan menunggang kuda sakti, Si Gumarang, dan ditemani kerbau sakti, Si Binuang, Cindua Mato berjalan menuju Ranah Sikalawi. Di perbatasan sebelah timur, di dekat Bukit Tambun Tulang, dia menemukan tengkorak-tengkorak berserakan. Setelah membacakan jampi-jampi, dan berkat tuah Dang Tuanku, tengkorak-tengkorak tersebut mampu menceritakan kisah mereka. Mereka sebelumnya adalah para pedagang yang bepergian melalui bukit Tambun Tulang dan dibunuh para penyamun. Mereka mendesak Cindua Mato untuk berbalik dan kembali, namun Cindua Mato menolak. Tak lama sesudahnya para penyamun menyerang, namun dengan bantuan Si Binuang, ia berhasil mengalahkan mereka. Para penyamun tersebut mengaku bahwa Imbang Jayo, raja Sungai Ngiang, mempekerjakan mereka tak hanya buat memperkaya dirinya, tetapi juga untuk memutus hubungan antara Pagaruyung dan Rantau Timur, dan dengan demikian melempangkan rencananya untuk mengawini Puti Bungsu.
Kedatangan Cindua Mato menggembirakan keluarga Rajo Mudo, yang berduka mendengar kabar penyakit Dang Tuanku. Kehadiran Cindua Mato dianggap sebagai pertanda restu Bundo Kanduang atas perkawinan yang hendak dilangsungkan.
Dengan berpura-pura kesurupan Cindua Mato berhasil bertemu empat mata dengan Puti Bungsu tanpa memancing kecurigaan keluarga Rajo Mudo. Mereka percaya hanya Puti Bungsu saja yang mampu menenangkannya. Cindua Mato bertutur pada Puti Bungsu bahwa Dang Tuanku mengirimnya untuk membawanya ke Pagaruyung, karena ia sudah ditakdirkan untuk menikah dengan Dang Tuanku. Dalam pesta perkawinan yang berlangsung, saat Imbang Jayo tengah berperan sebagai pengantin pria, Cindua Mato melakukan hal-hal ajaib yang menarik perhatian lain dan menculik Puti Bungsu. Cindua Mato membawanya ke Padang Ganting, tempat Tuan Kadi, anggota Basa Ampek Balai yang mengurus soal-soal keagamaan bersemayam.
Dengan menculik Puti Bungsu Cindua Mato telah melanggar hukum dan melampaui wewenangnya sebagai utusan Pagaruyung. Tuan Kadi lalu memanggil anggota Basa Ampek Balai lainnya untuk membahas pelanggaran yang dilakukan Cindua Mato. Namun pada pertemuan yang diadakan Cindua Mato menolak menjelaskan perbuatannya.
Basa Ampek Balai lalu menceritakan kejadian ini pada Bundo Kanduang, yang murka pada kelakuan Cindua Mato. Namun ia masih tetap menolak menjawab. Keempat menteri ini lalu memutuskan berunding dengan Raja Nan Duo Selo, Raja Adat dan Raja Ibadat. Keduanya, mengetahui latar belakang kejadian tersebut, sambil tersenyum menyuruh keempat menteri tersebut menyerahkan keputusan kepada Dang Tuanku, Raja Alam.
Pada pertemuan berikutnya perdebatan terjadi antara Bundo Kanduang, yang berteguh mempertahankan adat raja-raja, dan Dang Tuanku, yang menganjurkan memeriksa alasan di balik tindakan Cindua Mato. Imbang Jayo telah menghina Dang Tuanku dengan berusaha mengawini tunangannya, dan menceritakan fitnah. Sekarang giliran Imbang Jayo buat dihina. Imbang Jayo juga mempekerjakan penyamun untuk memperkaya dirinya dan memutus hubungan antara Minangkabau dan rantau timurnya. Cindua Mato tak layak dihukum karena dia hanya alat untuk utang malu dibayar malu.
Cindua Mato dilepaskan dari hukuman, dan rapat itu kemudian membahas perkawinan antara Cindua Mato dan Puti Lenggo Geni, dan juga antara Dang Tuanku dan Puti Bungsu. Setelah masa persiapan, perkawinan kerajaan tersebut dilangsungkan di Pagaruyung, dilanjutkan dengan pesta yang dihadiri oleh banyak pangeran dan raja dari segenap penjuru Pulau Perca.
Sementara itu, Imbang Jayo yang merasa dipermalukan oleh Cindua Mato bersiap-siap menyerang Pagaruyung. Dengan senjata pusakanya, Cermin Terus (camin taruih), dia menghancurkan sebagian negeri Pagaruyung. Cermin itu akhirnya dipecahkan oleh panah sakti Cindua Mato. Ketika Imbang Jayo sibuk memperkuat pasukannya, Bundo Kanduang dan Dang Tuanku meminta Cindua Mato mengungsi ke Inderapura, negeri di Rantau Barat, dengan demikian tidak ada alasan lagi buat Imbang Jayo memerangi Pagaruyung.
Geram karena gagal membalas dendam, Imbang Jayo lalu protes pada Rajo Nan Duo Selo. Pada pertemuan yang dipimpin oleh kedua raja tersebut, dan dihadiri oleh keempat menteri, Imbang Jayo mendakwa bahwa seorang anggota keluarga kerajaan telah mempermalukan dirinya, sebuah pelanggaran yang tak termaafkan. Namun raja-raja tersebut bertanya: siapa yang memulai penghinaan tersebut, apa bukti dakwaan Imbang Jayo? Tuduhan terhadap anggota kerajaan tanpa bukti  bukan soal main-main. Kedua raja akhirnya memutuskan Imbang Jayo dihukum mati.
Begitu mengetahui anaknya disuruh bunuh oleh Rajo Duo Selo, ayah Imbang Jayo, Tiang Bungkuak, bersiap-siap membalas dendam. Cindua Mato kembali dari Inderapura, dan Dang Tuanku memerintahkannya melawan Tiang Bungkuak. Namun bila Cindua Mato gagal membunuhnya, dia harus bersedia menjadi hamba Tiang Bungkuak, agar Istana Pagaruyung terlepas dari ancaman.
Pada suatu malam, saat menunggu serangan Tiang Bungkuak, Dang Tuanku bermimpi bertemu seorang malaikat dari langit yang berkata dia, Bundo Kanduang dan Puti Bungsu sudah waktunya meninggalkan dunia yang penuh dosa ini. Pagi harinya Dang Tuanku mengisahkan mimpinya pada Bundo Kanduang dan Basa Ampek Balai. Mengetahui waktu mereka sudah dekat, mereka mengangkat Cindua Mato sebagai Raja Muda.
Cindua Mato menunggu Tiang Bungkuak di luar Pagaruyung, namun dalam duel yang berlangsung dia tak mampu membunuh Tiang Bungkuak. Cindua Mato lalu menyerah pada kesatria tua itu, dan mengikutinya ke Sungai Ngiang sebagai budak. Pada saat yang sama sebuah kapal terlihat melayang di udara membawa Dang Tuanku dan anggota keluarga kerajaan lainnya ke langit.
Suatu hari, ketika Tiang Bungkuak sedang tidur siang, Cindua Mato membaca jampi-jampi dan berhasil mengungkap rahasia kekebalan Tiang Bungkuak dari mulutnya sendiri. Ternyata Tiang Bungkuak hanya dapat dibunuh menggunakan keris bungkuk (karih bungkuak) yang disembunyikan di bawah tiang utama rumahnya. Cindua Mato mencuri keris itu lalu memancing Tiang Bungkuak agar berkelahi dengannya. Dalam duel tersebut Cindua Mato berhasil membunuh Tiang Bungkuak dengan keris curiannya.
Setelah kematian Tiang Bungkuak para bangsawan Sungai Ngiang mengangkat Cindua Mato menjadi raja. Kemudian dia juga diangkat sebagai raja Sikalawi, setelah Rajo Mudo turun tahta. Cindua Mato menikahi adik Puti Bungsu, Puti Reno Bulan. Dari hasil pernikahannya ini Cindua Mato memperoleh puteri yang diberi nama Puti Lembak Tuah dan putera yang diberi nama Sutan Lembang Alam.
Setelah beberapa lama menghabiskan waktu di Rantau Timur, Cindua Mato kembali ke Pagaruyung, untuk memerintah sebagai Raja Minangkabau. Dari perkawinannya dengan Puti Linggo Geni ia mendapatkan anak bernama Sutan Lenggang Alam.

ANALISIS KESALAHAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA MASSA SURAT KABAR

I.    PENDAHULUAN
I.1.  Latar Belakang
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peranan surat kabar dalam pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia sangatlah besar. Bahkan pembentukan dan pemakaian istilah baru serta pemasyarakatannya seringkali banyak dipengaruhi juga oleh surat kabar. Andaikan semua media massa surat kabar menggunakan Bahasa Indonesia baku yaitu bahasa jurnalistik yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia terutama ragam tulis menjadi kenyataan, niscaya media akan berperan sebagai guru bahasa.
Namun, dewasa ini muncul kecenderungan dari media surat kabar untuk bersikap negatif terhadap Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari aktivitas kebahasaan yang ada. Mereka seakan lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan Bahasa Indonesia walaupun sebenarnya situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan. Apabila bahasa yang dipergunakan dalam surat kabar tersebut dikritik dan disalahkan, mereka berkilah bahwa gaya bahasa jurnalistik berbeda dengan kaidah Bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya gaya bahasa jurnalistik dalam penggunaan Bahasa Indonesia sangat berbeda konteks. Akibatnya peran surat kabar sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat menjadi sulit terwujud, karena kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi justru diakomodir pada sejumlah tulisan yang termuat di dalam surat kabar.
Berpijak dari pemikiran tersebut, untuk mengetahui ragam bentuk kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia yang seringkali terjadi di media surat kabar, maka Kami mencoba untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul : ANALISA KESALAHAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA MASSA SURAT KABAR”, dengan objek penelitian adalah dua surat kabar nasional, yaitu Harian Kompas dan Harian Republika. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi yang bermanfaat bagi segenap pihak yang membutuhkannya.

I.2.  Rumusan Masalah :
Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang seringkali terjadi pada media massa surat kabar?

I.3.  Tujuan Penulisan :
Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang seringkali terjadi pada media massa surat kabar.

I.4.  Manfaat Penulisan :
Pembaca/masyarakat dapat mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang seringkali terjadi pada media massa surat kabar.


II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1.   Media Massa Cetak
Media massa cetak merupakan sumber informasi yang disajikan kepada masyarakat dalam bentuk teks. Menurut Tholson (2006 : 9), terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan dalam membuat teks tersebut, diantaranya : interactivity, performativity, dan liveliness. Interactivity berarti penulis teks dituntut untuk memilih kata yang sesuai sehingga terjalin hubungan antara penulis dan pembaca dalam rangka penyempaian makna. Performativity berarti penulisan teks harus memperhatikan penampilan bahasa yang disampaikan, sehingga menarik orang yang membacanya. Liveliness berarti pilihan kata harus dapat menghidupkan suasana yang ditandai adanya respon dari pembaca. Tentunya menyajikan berita dalam bentuk teks memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi daripada melalui media elektronik. Penulis harus benar-benar lihai dalam memilih kata yang ekspresif, sehingga apa yang disampaikan benar-benar dapat diterima sepenuhnya.
Media massa cetak mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi publik. Ini memungkinkan media massa cetak memiliki kepribadian ganda. Pertama, memberikan dampak positif kepada publik. Kedua, memberikan dampak negatif. Bahkan, media yang memiliki peranan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.

II.2.   Pengertian Kesalahan Berbahasa
Dalam buku “Common Error in Language Learning”, H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku.
S. Piet Corder dalam buku “Introducing Applied Linguistics” mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Merujuk pada pemikiran-pemikiran tentang pengertian kesalahan berbahasa di atas, maka dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraph, yang menyimpang dari sistem kaidah Bahasa Indonesia baku.

III.       PEMBAHASAN
Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa surat kabar merupakan satu sarana informasi yang mempunyai pengaruh besar bagi masyarakat. Sebagai sarana informasi, surat kabar menggunakan ragam bahasa tulis. Dibandingkan dengan ragam bahasa lisan, pemakaian ragam bahasa tulis harus lebih cermat. Kecermatan yang dimaksud meliputi : kaidah tata tulis atau ejaan, kaidah pemilihan kata atau diksi, dan kaidah struktur kalimat. Walaupun diakui bahwa ragam bahasa tulis pada surat kabar memiliki sifat yang khas, yaitu singkat; padat; sederhana; lancar; jelas; dan menarik, namun demikian harus pula mengindahkan kaidah gramatikal Bahasa Indonesia.
Sebagai salah satu media cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa tulis, sasaran informasi yang disampaikan melalui surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam arti sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya, sedangkan benar dalam arti sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.
Instruksi untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada media massa telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Secara tegas dinyatakan bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi di media massa, sebagaimana tertuang di dalam ketentuan pasal 25 ayat (3) dan pasal 39 ayat (1) berikut :
Pasal 25

Ayat (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.

Pasal 39
Ayat (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa.

Namun demikian adanya Undang-Undang tersebut masih belum cukup signifikan untuk meredam kebebasan dan keterbukaan sebagai gaung dari proses reformasi yang telah berjalan sejak tahun 1998 lalu. Konsep keterbukaan dan kebebasan pers yang bertanggungjawab dalam perjalanannya lebih terkesan berkembang pada kebebasannya saja. Akibatnya kemurnian penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap informasi pada media masa, khususnya surat kabar menjadi sulit terwujud.
Berdasarkan hasil analisa / studi pengamatan Kami pada dua surat kabar terkemuka nasional, yaitu harian Kompas dan Republika setidaknya terdapat tiga kesalahan utama pemakaian Bahasa Indonesia pada sejumlah tulisan dalam surat kabar tersebut, yaitu : (1) Kesalahan penggunaan pemilihan kata (diksi), (2) Penggunaan istilah asing tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing dalam aturan Bahasa Indonesia, dan (3) Mengutip perkataan narasumber secara imitatif, tanpa diolah terlebih dahulu.
1.    Kesalahan Penggunaan Pemilihan Kata (Diksi)
Kesalahan yang terjadi adalah, pemilihan kata yang digunakan meski terdengar kurang etis, namun dipaksakan muncul sebagai “bumbu” untuk membuat tulisan menjadi lebih menarik dibaca.
Contoh :
…komisi pengganyangan korupsi…(Republika, 15 Maret 2010).
Kata yang dicetak tebal (pengganyangan) terkesan kurang etis, meskipun kata ganyang masuk dalam kosa kata Bahasa Indonesia baku, namun lebih berasosiasi pada hal yang sifatnya kasar atau tidak sopan.
Mungkin yang menjadi pertimbangan oleh penulisnya karena korupsi digolongkan sebagai kejahatan yang bersifat luar biasa, oleh karena itu untuk memberikan suatu penekanan bahwa korupsi harus benar-benar diberantas maka dimunculkanlah kata ganyang. Namun, menurut pendapat Kami kata pengganyangan sebaiknya tidak perlu muncul, mungkin lebih baik jika tetap digunakan kata pemberantasan.
Hal ini tentunya perlu dijadikan pertimbangan, mengingat pembaca surat kabar tidak hanya berasal dari kalangan dewasa saja, namun terbuka bagi semua usia. Akan sangat menyedihkan tentunya apabila kemudian anak-anak sekolah menjadi familiar untuk mengucapkan kata ganyang dalam pergaulan mereka sehari-hari.
2.    Penggunaan Istilah Asing Tanpa Memperhatikan Kaidah Penggunaan Dan Penyerapan Unsur Asing Dalam Aturan Bahasa Indonesia
Istilah asing banyak digunakan tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing yang diatur dalam gramatikal Bahasa Indonesia.
Contoh :
Perform, budget, website, fair…(Republlika, 15 Maret 2010)
Minister, outside, stateless, forward looking, money politic, voting…(Kompas, 11 Mei 2010).
Penggunaan istilah asing dengan mengadopsi secara langsung hanya diperbolehkan jika istilah tersebut memang sama sekali belum ada padanan katanya dalam Bahasa Indonesia. Adapun adopsi kata secara tidak langsung dilakukan dengan memperhatikan kaidah penyerapan unsur asing yang diatur dalam gramatikal Bahasa Indonesia.
Istilah-istilah seperti perform, budget, website, fair, minister, outside, stateless, forward looking, money politic, dan voting telah memiliki padanan kata dalam Bahasa Indonesia yaitu secara berturut-turut adalah : melakukan, anggaran, situs, adil, menteri, sisiluar, tak berkewarganegaraan, melihat ke depan, politik uang, dan pemungutan suara. Penulisan istilah-istilah asing dalam bentuk aslinya tersebut biasanya lebih ditujukan untuk menampilkan efek agar suatu tulisan dianggap berbobot atau intelek, menarik untuk dibaca, dan dianggap menjual.
3.    Mengutip Perkataan Narasumber Secara Imitatif, Tanpa Diolah Terlebih Dahulu
Hal yang mendasari timbulnya kesalahan ini adalah kembali pada jiwa seorang jurnalis yang selalu tidak ingin kehilangan sedikitpun detail informasi yang ia peroleh dari narasumbernya. Oleh karena itu, biasanya apa yang dikatakan oleh narasumber tanpa dipahami makna bahasanya langsung dikutip secara apa adanya. Namun, hal ini menjadi suatu masalah ketika pengutipan secara langsung ini justru mengakibatkan terjadi kesalahan bahasa pada media surat kabar.

Contoh :
...Untuk menarik minat investor, kata Hidayat, Indonesia sangat membutuhkan dukungan energy dan listrik. “Jangan sampai byar pet, yang merintangi industri,” katanya…(Republika, 15 Maret 2010).
…”Tidak ada politik transaksional, tak ada deal-deal, apapun, apalagi terkait mundurnya Sri Mulyani (Menteri Keuangan)”, katanya…(Kompas, 11 Mei 2010).
Istilah byar pet ataupun deal-deal (keduanya dicetak tebal), tentunya sama sekali tidak dikenal dalam Bahasa Indonesia yang resmi, sebagaimana termuat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Namun kedua istilah tersebut menjadi lazim dipergunakan mengingat seringkali muncul dalam bahasa lisan yang kemudian terbawa dalam pemberitaan surat kabar. Istilah byar pet sendiri sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan kondisi redup atau kondisi menyala dan matinya cahaya (lampu) yang saling bergantian terjadi secara frekuentif. Sedangkan deal-deal sendiri merupakan “parodi (plesetan)” yang merujuk kepada arti kesepakatan-kesepakatan.
Memperhatikan ketiga kesalahan di atas, jelas nampak bahwa munculnya kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah sesuatu yang bersifat tidak disengaja. Pihak media bukannya tidak mengerti aturan atau tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata dilakukan sebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehingga terdapat motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas. Namun, tentunya hal ini jika tidak ditangani lebih lanjut maka akan merusak tatanan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat.

IV.KESIMPULAN
1.    Berdasarkan hasil analisa / studi pengamatan pada dua surat kabar terkemuka nasional, yaitu harian Kompas dan Republika setidaknya terdapat tiga kesalahan utama pemakaian Bahasa Indonesia pada sejumlah tulisan dalam surat kabar, yaitu : (1) Kesalahan penggunaan pemilihan kata (diksi), (2) Penggunaan istilah asing tanpa memperhatikan kaidah penggunaan dan penyerapan unsur asing dalam aturan Bahasa Indonesia, dan (3) Mengutip perkataan narasumber secara imitatif, tanpa diolah terlebih dahulu.
2.    Kemunculan kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah sesuatu yang bersifat tidak disengaja. Pihak media bukannya tidak mengerti aturan atau tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata dilakukan sebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehingga terdapat motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas.


V.   SARAN
Adanya kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar harus ditindaklanjuti untuk segera dilakukan pembenahan. Penanganan yang setengah-setengah atau tidak  secara tuntas akan berakibat pada semakin rusaknya tatanan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa oleh masyarakat. Oleh karena itu harus ada kontrol yang kuat dari pemerintah, lembaga pers, maupun masyarakat sehingga upaya untuk mewujudkan peran surat kabar sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat akan dapat terwujud.











VI.DAFTAR PUSTAKA
Broto A. S. 1978. Pengajaran Bahasa Indonesia. Bulan Bintang. Jakarta.
Tasai, S. Amran dan E. Zaenal Arifin. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi. Akademika Prescindo.