Senin, 13 Februari 2012

Cerpen (Cerita Pendek)


Cerita Pendek (cerpen)
1. Pengertian Cerita Pendek (cerpen)
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerita pendek (cerpen) memiliki banyak pengertian. Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian cerita pendek (cerpen):
Ø  Sumardjo (2001: 91) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti.
Ø  Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (1995: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk novel.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita fiksi (rekaan) yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan tidak ada bagian yang tidak perlu.
Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Dialog, impian, flash-back dsb. sering dipergunakan (pengaruh dari film). Bahasanya sederhana tetapi sugestif. (Hartono dan B. Rahmanto, 1986: 132).

2. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen
Cerpen sebagai salah satu jenis prosa fiksi memiliki unsur-unsur yang berbeda dari jenis tulisan yang lain. Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312) berpendapat bahwa unsur-unsur sebuah cerpen terdiri atas:
1)     permulaan/pengantar, tengah/isi, dan akhir cerita,
2)     pengulangan atau repetisi,
3)     konflik,
4)     alur/plot,
5)     latar/seting,
6)     penokohan,
7)     tema, dan
8)     sudut pandang penceritaan.
Cerpen yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun jalan cerita yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, penokohan, alur/plot, latar/seting, gaya bahasa, dan sudut pandang penceritaan. Adapun Suroto (1990: 88) berpendapat bahwa cerpen pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan, latar, dialog, dan pusat pengisahan. Sedangkan Nurgiyantoro berpendapat (1995: 12) unsur-unsur novel memang lebih rinci daripada novel namun memiliki kesamaan, yaitu plot, tema, penokohan, dan latar.
Berdasarkan pendapat tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembangun cerpen terdiri atas tema, perwatakan, seting, rangkaian peristiawa/alur, amanat, sudut pandang, dan gaya. Adapun semua unsur tersebut berjalinan membentuk makna baru.

3. Menulis Cerpen
3.1. Hakikat Menulis Cerpen
Menulis cerpen pada hakikatnya sama dengan menulis kreatif sastra yang lain. Adapun pengertian dari menulis kreatif sastra. Menurut Perey (dalam Mulyati, 2002) menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Tulisan yang termasuk kreatif berupa puisi, fiksi, dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991: 1) menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut (biasanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas dan utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis kreatif sastra adalah suatu proses yang digunakan untuk mengunkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa. 
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/seting, peratakan, dan tema.

3.2. Tahapan Menulis Cerpen
Pembelajaran menulis cerpen melalui empat tahap proses kreatif menulis yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap saat inspirasi, dan (4) tahap penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini berlangsung pada saat gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan matang-matang, dan ditunggu sampai waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap inspirasi adalah tahap dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah ditemukan sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan untuk mengungkapkan gagasan yang terdapat dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak hilang atau terlupa dari ingatan penulis (Sumardjo, 2001: 70).
Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis cerpen sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif mengharuskan penulis untuk berpikir kreatif dan mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar