Cerita Pendek (cerpen)
1. Pengertian Cerita Pendek (cerpen)
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, cerita pendek (cerpen)
memiliki banyak pengertian. Berikut pendapat beberapa ahli tentang pengertian
cerita pendek (cerpen):
Ø Sumardjo
(2001: 91) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah seni, keterampilan
menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh,
manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian
yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti.
Ø Edgar
Allan Poe dalam Nurgiyantoro (1995: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah
cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara
setengah sampai dua jam-suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
novel.
Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah cerita
fiksi (rekaan) yang memiliki tokoh utama yang sedikit dan keseluruhan ceritanya
membentuk kesan tunggal, kesatuan bentuk, dan tidak ada bagian yang tidak perlu.
Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Dialog, impian, flash-back dsb. sering dipergunakan (pengaruh dari film). Bahasanya sederhana tetapi sugestif. (Hartono dan B. Rahmanto, 1986: 132).
2. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen
Sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan (perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan). Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending). Dialog, impian, flash-back dsb. sering dipergunakan (pengaruh dari film). Bahasanya sederhana tetapi sugestif. (Hartono dan B. Rahmanto, 1986: 132).
2. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen
Cerpen
sebagai salah satu jenis prosa fiksi memiliki unsur-unsur yang berbeda dari
jenis tulisan yang lain. Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312)
berpendapat bahwa unsur-unsur sebuah cerpen terdiri atas:
1) permulaan/pengantar,
tengah/isi, dan akhir cerita,
2) pengulangan
atau repetisi,
3) konflik,
4) alur/plot,
5) latar/seting,
6) penokohan,
7) tema,
dan
8) sudut
pandang penceritaan.
Cerpen
yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun jalan cerita yang
memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema,
penokohan, alur/plot, latar/seting, gaya bahasa, dan sudut pandang penceritaan.
Adapun Suroto (1990: 88) berpendapat bahwa cerpen pada dasarnya dibangun atas
unsur-unsur tema, amanat, perwatakan, latar, dialog, dan pusat pengisahan.
Sedangkan Nurgiyantoro berpendapat (1995: 12) unsur-unsur novel memang lebih
rinci daripada novel namun memiliki kesamaan, yaitu plot, tema, penokohan, dan
latar.
Berdasarkan
pendapat tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur pembangun cerpen terdiri atas tema, perwatakan, seting, rangkaian
peristiawa/alur, amanat, sudut pandang, dan gaya. Adapun semua unsur tersebut
berjalinan membentuk makna baru.
3.
Menulis Cerpen
3.1.
Hakikat Menulis Cerpen
Menulis
cerpen pada hakikatnya sama dengan menulis kreatif sastra yang lain. Adapun
pengertian dari menulis kreatif sastra. Menurut Perey (dalam Mulyati, 2002)
menulis kreatif sastra adalah pengungkapan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi,
dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk karangan. Tulisan yang termasuk
kreatif berupa puisi, fiksi, dan non fiksi. Sedangkan menurut Roekhan (1991: 1)
menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra.
Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan
merenungkan ide tersebut (biasanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar
jelas dan utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak
penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis
kreatif sastra adalah suatu proses yang digunakan untuk mengunkapkan perasaan,
kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang
dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/seting, peratakan, dan tema.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur berupa alur, latar/seting, peratakan, dan tema.
3.2.
Tahapan Menulis Cerpen
Pembelajaran
menulis cerpen melalui empat tahap proses kreatif menulis yaitu (1) tahap
persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap saat inspirasi, dan (4) tahap
penulisan. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis
dan bagaimana menuliskannya. Munculnya gagasan menulis itu membantu penulis
untuk segera memulai menulis atau masih mengendapkannya. Tahap inkubasi ini
berlangsung pada saat gagasan yang telah muncul disimpan, dipikirkan
matang-matang, dan ditunggu sampai waktu yang tepat untuk menuliskannya. Tahap
inspirasi adalah tahap dimana terjadi desakan pengungkapan gagasan yang telah
ditemukan sehingga gagasan tersebut mendapat pemecahan masalah. Tahap
selanjutnya adalah tahap penulisan untuk mengungkapkan gagasan yang terdapat
dalam pikiran penulis, agar hal tersebut tidak hilang atau terlupa dari ingatan
penulis (Sumardjo, 2001: 70).
Dari
pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menulis cerpen sebagai
salah satu kemampuan menulis kreatif mengharuskan penulis untuk berpikir
kreatif dan mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam
menulis cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap
memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen.